Perkembangan Pertanian Sekarang
Zaman Mesopotamia yang merupakan awal perkembangan kebudayaan obat
pertanian,
merupakan
zaman
yang
turut
menentukan
teknologi
pertanian kuno. Perekonomian kota yang
pertama berkembang di sanadilandaskan
pada teknologi pertanian yang berkiblat pada kuil-kuil, imam, lumbung teknolog produk , dan
jutu tulis-juru tulis.
Penciptaan surplus social produk pertanian menyebabkan terjadinya lembaga
ekonomi produk pangan berdasar peperangan dan perbudakan. Administrasi pertanian
pangan untuk surplus yang harus disimpan mendesak kebutuhan pertanian pangan sistem
akuntansi. Pemecahan masalah obat pertanian ini datang 6.000 tahun yang lalu dengan
terciptanya tulisan-tulisan yang merupakan awal kebudayaan teknologi pangan. Kebudayaan
Mesopotamia bertahan untuk beribu tahun di bawah banyak pemerintahan yang berbeda.
Pengaruhnya, walaupun sukar didefinisikan secara tepat, memancar ke Siria dan Mesir dan
mungkin juga keIndia dan Cina.
Tulang punggung teknologi pangan pertanian terdiri dari tanaman-tanaman teknologi
produk yang sekarang masih penting untuk persediaan produk pangan dan produk
pertanian dunia: gandum dan barlai, kurma dan ara, zaitum dan anggur.
Kebudayaan kuni
dari Mesopotamia - Sumeria, Babilonia, Asiria, Cahldea - mengembangkan pertanian
pangan yang bertambah kompleks dan terintegrasi. Reruntuhan menunjukkan sisa teras-teras,
taman-taman dan kebun-kebun yang beririgasi. Emapt ribu tahun yang lalu saluran
irigasi pertanian pangan dari bata dengan sambungan beraspal membantu areal seluas 10.000
mil persegi tetap ditanami untuk memberi pangan 15 juta jiwa. Pada tahun 700 SM sudah
dikenal 900 tanaman.
Pengetahuan tentang pertanian kuno di mana pun tidak lebih banyak dari pada di
Mesir, di mana pasri yang bertiup dari gurun memelihara data dan catatan dari zaman yang
menakjubkan. Walaupun lembah Nil telah mendukung manusia sekurang-kurangnya 20.000
tahun, di duga perkembangan pertaniannya yang mendorong perubahan-perubahan yang
terjadi di wilayah mediteran.
Kebudayaan Mesir jaya, yang berpengaruh pada kebudayaan-kebudayaan
Barat
sekarang, adalah makmur dalam keberlimpahan pertanian yang dimungkinkan
oleh
kebanjiran Sungai Nil yang menyuburkan tanah kembali. Orang Mesir adalah
akhli dalam
mengembangkan teknik drainase dan irigasi. Drainase yaitu pembuangan
kelebihan air,
merupakan tuntutan di daerah seperti lembah Nil; hal ini meminta
pengembangan lerenglereng lahan dan pembuatan sistem pengangkutan serta
saluran air yang efisien. Irigasi yaitu
pemberian air pada tanaman secara buatan, menyangkut penadahan,
pengantaran dan
pemberian air. Masalah drainase dan irigasi saling menjalin;
pemecahannya oleh orang Mesir
dengan membangun serentetan parit untuk menyimpan air dan saluran yang
melayani kedua
tujuan tersebut. Orang Mesir mengembangkan teknik menaikkan air, yang
masih dipakai
sekarang. Penemuan yang utama adalah shaduf, yang memungkinkan menaikkan
2.250 liter
air setinggi 1.8 m tiap hari kerja pria.
Teknologi pengolahan tanah dapat dilacak lewat perbaikan cangkul. Cangkul asalnya
dari suatu tongkat bercabang yang lancip dan digunakan dengan gerakan memotong. Bajak
kuno juga hanya merupakan cangkul yang ditarik manusia (belakangan oleh hewan) untuk
menggaruk permukaan tanah, dan masih banyak digunakan kini di banyak bagian dunia.
Kemudian bajak diperbaiki dengan penemplean besi di bagian yang besinggungan dengan
tanah dan dengan konstruksi yang lebih kuat dan efisien. Orang-orang Mesir menggunakan
berbagai alat potong pada waktu panen, salah satunya adalah arit yang merupakan alat yang
paling baik ketika itu.
0 komentar:
Posting Komentar